Selasa, 02 Juni 2020

Emosi Juga Perlu Didetoks


Pengalaman dalam kehidupan tiba silih bertukar. Ada yang membahagiakan, banyak juga yang memilukan sebab berbentuk bencana. Jika tidak diatasi dengan cara pas, kejadian buruk akan tersimpan di bawah sadar serta hidup tetap akan dihantui trauma.Susah, geram, sakit hati, kehilangan, serta dikhianati ialah contoh emosi-emosi negatif. Jika emosi ini terus didesak atau disembunyikan, malah akan memunculkan banyak permasalahan, diantaranya penyakit. "Bila ada yang mengganggu perasaan, itu akan mengganggu situasi fisik," kata Tom Suhalim, ahli aura serta pengobatan. Tom serta percaya, 95 % penyakit dikarenakan depresi.


Sekarang ada bermacam langkah untuk menangani trauma, diantaranya dengan detoksifikasi emosi. Detoksifikasi emosi, menurut Tom, ialah cara pembuangan depresi dari badan.

"Emosi negatif yang terus-terusan didesak akan disimpan dalam memory bawah sadar kita serta menutup saluran energi di badan. Karenanya harus dibikin bersih," tuturnya di antara acara Healing Festival yang diselenggarakan di Tirtayu Jakarta, waktu lalu.

Cara pembuangan "toksin" mental serta emosional itu disebutkan dengan cara energy activator terapi (EAT). "Pembuangannya dapat lewat konsep hipnosis, akupunktur, energi pengobatan bumi, afirmasi, palmistry, eye movement desensitisation response," tutur pria yang berpraktik di Pro-V Clinic Holistik Jakarta ini.

Therapy EAT pada intinya akan mengubah skema meridian badan yang diketahui dalam pengetahuan akupunktur. Dengan therapy ini, skema aura serta cakra badan akan diperbarui. Aura orang yang simpan permasalahan umumnya tidak setimbang.

Cara EAT yang diberi akan sesuai dengan keperluan client. Lama sebentarnya session therapy tergantung pada berat ringannya permasalahan yang ditemui.